Merasa Tak Nyaman saat Menginap di Rumah Mertua, Apa Alasannya?
Momen mudik Lebaranmemungkinkan kunjungan atau bahkan menginap di rumah mertua.
Bagi sebagian orang, hal ini terasa biasa saja. Tapi, bagi sebagian lainnya, berkunjung dan menginap di rumah mertua ibarat siksaan.
Banyak orang yang merasa tidak nyaman saat harus menginap di rumah mertua. Apa alasannya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pilihan Redaksi
|
Jangan lupakan juga faktor kehadiran keluarga besar saat Lebaran. Anda bisa jadi enggan menghadapi keluarga besar dengan segala tingkah polah mereka.
Misalnya saja sikap nyinyir atau bahkan terus mencecar Anda dengan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini biasanya berlaku untuk pasangan yang belum dikaruniai momongan meski telah lama berumah tangga.
Lantas, apa yang harus dilakukan?
Pertama, bangun empati Anda. Ambil pendekatan berbeda untuk memahami hal-hal yang mereka lakukan.
Jangan lupa juga untuk selalu mengkomunikasikannya rasa tidak nyaman dengan pasangan. Perlu diingat, pasangan tumbuh besar di lingkungan keluarga besar dan tempat Anda menginap.
Selain itu, hindari topik-topik sensitif yang rawan memicu konflik. Tetap bersikap tenang jika Anda merasa tidak setuju dengan apa yang dilakukan keluarga besar.
Anda juga disarankan untuk tidak memasukkan omongan-omongan yang menyinggung perasaan ke dalam hati.
(tim/asr)下一篇:Bahaya yang Mengintai di Balik Vampire Facial
相关文章:
- Alasan KPK Cekal Febri Diansyah Cs ke Luar Negeri: Ganggu Penyidikan Kasus Syahrul Yasin Limpo
- WIKA Realty Targetkan Okupansi Hotel Lebih dari 85% di Libur Idul Adha dan Liburan Sekolah
- Sering Salah, Apa Beda Silaturahmi dan Silaturahim?
- OJK Klaim SEOJK Asuransi Kesehatan untuk Lindungi Konsumen, ini Pokok
- Negara Ini Dianugerahi Kebun Bunga Terindah di Dunia
- Polda Sumsel Galakkan Razia Miras Oplosan
- Kenikmatan Hakiki dalam Semangkuk Mie Celor Khas Palembang
- Jokowi Gelar Rapat Terbatas Bahas Ketersediaan Pangan hingga Hilirisasi Pangan di Istana
- Warga Lokal Keberatan, Pemerintah Siapkan Jalan Keluar Soal Pengungsi Rohingya
- 418 Ribu Kasus Malaria di Indonesia, Tertinggi di Papua